Sunday, October 16, 2011

Karakteristik Overburden Batubara

Lapisan Tanah Penutup (Overburden) adalah semua lapisan tanah/batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian berharga tersebut. Lapisan tanah penutup yang dapat ditemui umumnya dikelompokkan menjadi beberapa sifat yaitu (Peurifoy, R. L., 1970, “Construction, Planning, Equpment and Methods”, Second Edition, Mc Graw-Hill, Kogakusha Ltd, Texas):

1. Matrial yang sangat mudah digali (sangat lunak)

a. Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah biasa, kerikil, campuran pasir dengan tanah biasa.

b. Material yang banyak mengadung air, misalnya pasir lempungan, lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak mengandung air (quick sand).

2. Material yang lebih keras (lunak)

Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang bercampur dengan kerikil, pasir yang kasar.

3. Material yang setengah keras (sedang)

Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak), batuan kerikil yang mengalami sementasi dan pengompakan, batuan beku yang sudah mulai lapuk, dan batuan-batuan beku yang mengalami banyak rekahan-rekahan.


4. Material yang keras

Misalnya sandstone, limestone, slate, vulcanic tuff, batuan beku yang mulai lapuk, mineral-mineral penyusn batuan yang telah mengalami sementasi dan pengompakan.

5. Material sangat keras

Misalnya batuan-batuan beku dan batuan-batuan metamorf, contohnya granit, andesit, slate, kwarsit dan sebagiannya.

6. Batuan yang masit

Yaitu batuan-batuan yang sangat keras dan kompak seperti bantuan beku berbutir halus.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, metode pengupasan tanah penutup dapat dikelompokkan sebagai berikut3).

  1. Material yang sangat lunak dapat dilakukan dengan menggunakan Excavator backhoe, dragline, power shovel dan lain-lain, tidak perlu dilakukan peledakan.
  2. Material yang setengah keras, umumnya dibonkar terlebih dahulu dengan menggunakan ripper.
  3. Material yang keras, pembongkarannya dilakukan dengan penggaruan, atau peledakan.
  4. Material yang sangat keras – masif, tidak dapat digali dengan alat gali sehingga harus dilakukan peledakan.

Wednesday, October 12, 2011

AFOC Council Meeting ke-8 Rumuskan 5 Strategi Utama

MINGGU, 18 JULI 2010 01:12 WIB
JAKARTA. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Hadi Nursarya, memimpin delegasi RI dalam ASEAN Forum on Coal (AFOC) Council Meeting ke-8 yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, 29-30 Juni 2010.

Pertemuan dihadiri perwakilan negara anggota ASEAN yang tergabung dalam AFOC yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam, serta JCOAL Jepang sebagai peninjau.

Penyelenggaraan forum ini bermanfaat dalam pertukaran informasi antar negara anggota AFOC mengenai kebijakan dan peluang kerjasama, penelitian dan pengembangan batubara (terutama batubara low rank), serta mendorong terciptanya investasi dan perdagangan demi keuntungan bersama.

Agenda utama dalam pertemuan ke-8 AFOC Council Meeting adalah “Update on Coal Cooperation Under APEC 2010-2015”. Untuk merealisasikannya forum merumuskan 5 strategi yang harus dilakukan, yakni:

1. Penguatan kebijakan institusional (penanggung jawab Thailand);
2. Inventarisasi sumber daya batubara ASEAN (penanggung jawab Indonesia);
3. Promosi teknologi batubara (penanggung jawab Vietnam);
4. Promosi perdagangan batubara intra ASEAN (penanggung jawab Filipina); dan
5. Promosi penanganan lingkungan (penanggung jawab Malaysia).

Tahun depan, AFOC Council Meeting ke-9 akan diselenggarakan di Myanmar pada akhir Juni atau awal Juli 2011. (KO)

DIKUTIP DARI:

Menteri ESDM Buka The 17th Annual Coaltrans Asia

SENIN, 30 MEI 2011 11:13 WIB

NUSA DUA – Menteri ESDM membuka secara resmi The 17th Annual Coaltrans Asia, Senin (30/5/2011). 17th Coaltrans Conferences yang diselenggarakan di Bali International Convention Centre, Nusa Dua - Bali sejak tanggal 29 Mei – 1 Juni 2011. Pelaksanaan Coaltrans Conference ditujukan untuk berbagi informasi terkini mengenai industri batubara dunia, yang fokus pada perkembangan dan kondisi pasar penting dunia seperti: China, India dan Amerika, serta sebagai sarana bertemunya semua pemain kunci pasar, dari produsen, pengguna, pedagang dan distributor.

Dalam sambutannya sebelum membuka acara Menteri ESDM menggambarkan kondisi bauran energi di Indonesia yang masih didominasi energi berbasis fosil (fosil base). "Bauran energi Indonesia masih didominasi oleh energi fosil. Saat ini, energi fosil menyumbang 93% untuk campuran energi nasional, yang terdiri dari 47% minyak, gas alam 21% dan 25% batubara”.

Menurutnya, produksi minyak dimulai di Indonesia lebih dari 100 tahun yang lalu. Tentu, sebagian besar ladang minyak memproduksi kini telah tua. Produksi gas, di sisi lain, di mulai kemudian. Namun demikian, Indonesia merupakan salah satu perintis dalam industri LNG dan sekaligus eksportir LNG terbesar di dunia, lanjut Beliau.

Ditambahkannya, pada tahun 2005, kebutuhan gas dalam negeri mulai meningkat. Oleh karena itu, Indonesia harus menata kembali kebijakan pada gas alam, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dalam negeri. Ini juga termasuk percepatan pengembangan sumber gas non-konvensional, khususnya Coal Bed Methane (CBM).

Produksi batubara telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1980-an. Saat itu, Indonesia telah mengembangkan rencana untuk mencairkan batubara dan menambahkannya ke portofolio energi. Pencairan batubara, dan juga gasifikasi batubara, pasti akan memperluas peran batubara dalam bauran energi nasional, proses untuk pencairan batubara terutama akan menggunakan Low-Rank Coal (LRC), yang saat ini masih melimpah di Indonesia.

Pengembangan dan penggunaan teknologi batubara bersih, termasuk gasifikasi batubara dan pencairan serta upgrade brown coal (UBC), akan memungkinkan penggunaan batubara bersih dan ramah lingkungan dapat diwujudkan. ”Dengan menempatkan teknologi baru dan praktik pertambangan yang baik, saya percaya bahwa kami dapat melanjutkan pencapaian produksi mengesankan, dan saya yakin bahwa industri bisa respon dengan persyaratan permintaan yang besar di masa depan. Saya percaya mereka menawarkan peluang investasi yang besar untuk Anda,” ujar Menteri.

Menteri ESDM berharap, pertemuan tahunan Coaltrans Asia dan menghadirkan pembicara dari kalangan Pemerintah, BUMN dan Swasta serta menyediakan ruang pameran bagi 100 peserta pameran dapat menghasilkan rekomendasi positif untuk memajukan industri batubara pembangunan di Indonesia. (SF)

DIKUTIP DARI:

http://www.esdm.go.id/berita/batubara/44-batubara/4554-menteri-esdm-buka-the-17th-annual-coaltrans-asia.html

Harga Batubara Acuan (HBA) Mei 2011 Turun Menjadi US$ 117.61/Ton

RABU, 11 MEI 2011 16:20 WIB

JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Mei 2011 yang ditetapkan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba)-Kementerian ESDM turun menjadi US$ 117.61/ton, atau turun US$ 4.41/ton dari US$ 122.02/ton pada April 2011. HBA Mei 2011 melanjutkan tren penurunan HBA yang dimulai bulan Maret 2011 (US$ 122.43/ton) berlanjut ke April 2011 (US$ 122.02/ton).

HBA ini merupakan patokan untuk batubara dengan kualitas kalori sekira 6322 kkal/kg (gross as received). HBA menggunakan formula yang mengacu kepada rata-rata indeks ICI-1 (Indonesia Coal Index), Platts-1, NEX (Newcastle Export Index) dan GC (Newcastle Global Coal Index). HBA berlaku untuk harga harga spot (kontrak penjualan di bawah 12 bulan) dalam periode 1 Mei 2011 sampai dengan 31 Mei 2011.

Tren penurunan juga ditunjukkan oleh indeks Newcastle Global Coal Index pada bulan Januari 2011 sebesar US$ 129.29/ton konsisten turun hingga menjadi US$ 122.26 pada bulan April 2011. Turunnya harga batubara Australia menjadikan pasokan batubara Australia menjadi lebih kompetitif di pasaran Cina. Perbedaan harga antara batubara Australia yang dipasok ke Cina Selatan dengan pasokan lokal dari Pelabuhan Qinhuangdao makin tipis, demikian dikutip dari Bloomberg News (09/05/2011). (JS)

di kutip dari:


http://www.esdm.go.id/berita/batubara/44-batubara/4492-harga-batubara-acuan-hba-mei-2011-turun-menjadi-us-11761ton.html

Sumber Daya Batubara Indonesia Capai 105 Miliar Ton

SELASA, 31 MEI 2011 00:00 WIB





NUSA DUA - Total sumber daya batubara di Indonesia diperkirakan mencapai 105 miliar ton, dimana cadangan batu bara diperkirakan 21 miliar ton. tambang batubara utama berlokasi di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. produksi batubara meningkat sebesar 16% per tahun selama 5 tahun terakhir. Saat ini, 75% dari total produksi batubara diekspor, terutama ke Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Eropa.


Sebagian besar dari kualitas batubara ekspor batubara sub-bituminous dan bituminous, sedangkan batu bara peringkat rendah terutama digunakan untuk pasar domestik. “Indonesia akan terus memungkinkan peran ganda batubara, yaitu sebagai sumber penerimaan negara, serta untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Kenaikan permintaan batubara dalam negeri akan sejalan dengan program akselerasi untuk membangun 10.000 MW kapasitas listrik di tahap I dan satu lagi 10.000 MW di tahap II. Pada tahap I, pembangkit listrik adalah 100% batu bara. Untuk tahap II, pembangkit listrik akan terdiri 40% batu bara dan sisa 60% dari energi baru dan terbarukan, terutama panas bumi,” ujar Menteri ESDM saat membuka The 17th Annual Coaltrans Asia, Senin (30/5/2011) kemarin.

Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar akan terus diupayakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Dalam aspek regulasi, Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM No 34 tentang Prioritas Mineral dan Batubara Pasokan Kebutuhan Dalam Negeri. Sesuai Keputusan ini, Domestik Market Obligation (DMO) adalah wajib bagi semua perusahaan pertambangan batubara.

“Kewajiban DMO sebenarnya juga dinyatakan dalam Kontrak Karya Batubara (Timbara). Perusahaan dapat mengekspor bagian produksi setelah kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi,” imbuh Beliau.

Pemerintah telah mengatur harga penjualan batubara yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 17/2010, tentang prosedur untuk menetapkan harga patokan dan penjualan mineral dan batubara. Dengan diterbitkannya peraturan ini diharapkan dapat memberikan kepastian acuan bagi produsen dan konsumen batubara, serta mengoptimalkan penerimaan negara harga bagi produsen batubara dan pemain bisnis di Indonesia.

Terkait dengan peningkatan nilai tambah batubara, dalam Undang-Undang Nomor 04/2009 mengamanatkan bahwa semua mineral dan batubara harus diproses di Indonesia. “Ini merupakan salah satu upaya kami untuk mengoptimalkan manfaat dari industri pertambangan bagi rakyat Indonesia. Keberhasilan kebijakan ini akan meningkatkan penerimaan negara, pekerjaan baru terbuka / lapangan kerja, dan menciptakan efek multiplier batubara,” ujar Menteri.

Peningkatan nilai tambah dapat dilakukan anatar lain dengan meningkatkan kualitas batubara (upgrade) peringkat rendah, pencairan, dan gasifikasi. Pada saat ini, beberapa perusahaan swasta yang telah mengembangkan proses untuk meningkatkan batubara peringkat rendah. Beberapa pencairan batubara dan proyek gasifikasi juga berada di bawah perencanaan dan evaluasi. (SF)

dikutip dari



Cadangan Batubara Indonesia

Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 61,366 miliar ton.






Sulfur pada Batubara

Mineral Meter = 1,08 A + 0,55 S

S = Sulfur

Sulfur dalam batubara berbentuk
1. Pyrite (FeS2) 20%-30%
2. Sulfat (FeSO2, BaSO4, dll) sangat sedikit terdapat padat batubara
3. Organik (rantai karbon) 20%-80%

Sulfat merugiakn karena
1. Semakin tinggi sulfat semakin rendah nilai kalori.
2. Secara teknik menghambat pembakaran menimbulkan kerak.
3. Masalah lingkungan hujan asalam.

Menghilangkan sulfur dapat dilakukan dengan
1. Dengan cara fisik yaitu dengan cara pencucian seperti sparasi. (efektif)
2. Cara kimia dengan dengan larutan Hen (mahal)
3. Cara Biologi dengan menggunakan bakteri Thiobacillos Ferrisida (tidak efektif karena lambat)

Sulfur pada batubara rata-rata kurang dari 1%

untuk menanggulangi pencemaran batubara akibat sulfur dapt dilakukan dengan
1. Pencucian
2. Memasang ESP (Electriostate Precipitation) penangkap debu terbang, FGD (Flue Gas Desulfosisation) penangkap SOx pada cerobong.

Botom Ash dan Fly Ash

Botom Ash adalah abu hasil pembakaran batubara yang jatuh kebawah permukaan burner.

Fly Ash adalah abu hasil pembakaran batubara yang terbang melalui cerobong. fly ash biasanya terjadi akibat ukuran butir dari umpan batubara yang terlalu kecil.

jumlah Botom ash lebih banyak daripada jumlah fly ash.
namun fly ash lebih berbahaya terhadap lingkungan daripada botom ash, karena fly ash akan terbawa udara dan sulit dikendalikan.

fly ash terdiri dari
1. Char adalah butiran-butiran halus terbang menyala saat dilakukan pembakaran
2. Smog adalah asap yang ditimbulkan oleh pembakaran mengandung H2O, CO2, dll
3. Unburn carbon adalah batubara halus yang tidak terbakar namun keluar melalui cerobong.

selain mengakibatkan pencemaran lingkungan fly ash juga dapat mengakibatkan Smtering/klingker/kerak yang dapat mengakibatkan PLTU harus dilakukan pembersihan.
Pembersihan kerak tersebut dibersihakan dengan Short Blower yaitu dengan disemprotkan dengan air panas. Saat melakukan pembersihan tersebut PLTU harus melakukan shut down.

oleh sebab itu PLTU harus memiliki lebih dari satu pembangkit, jika terjadi shut down maka pembangkit harus dimatikan.
sebagai contoh PLTU 2 x 100 MW berarti PLTU tersebut memiliki 2 pembangkit dimana setiap pembangkit memiliki kapasitas 100 MW.

Tuesday, October 11, 2011

Slagging Coal dan Non Slagging Coal

Berdasarkan jenis abunya yang dapat melebur, batubara dibagi menjadi dua yaitu Slagging coal dan Non Slagging coal.

Slagging coal adalah batubara yang memiliki abu yang meleleh saat dilakukan pemanasan pada suhu 1600 0C. dengan kata lain abunya akan mengalir saat dilakukan proses pembakaran di dalam burner PLTU.

Non Slagging coal adalah batubara yang memiliki abu yang tidak meleleh saat dilakukan pemanasan pada suhu 1600 oC. dengan kata lain abunya tidak mengalir saat dilakukan proses pembakaran didalam burner PLTU.

untuk menentukan batubara tersebut slagging coal atau bukan dilakukan analisa uji abu.
1. Ash Content, uji abu yang bertujuan untuk menentukan unsur apa saja yang terdapat pada abu batubara

2. AFT (Ash Fushion Temperature), uji abu yang bertujuan untuk mengetahui titik lebur abu batubara. Jika abu batubara tersebut memiliki AFT dibawah 1600 oC maka batubara tersebut tergolong Slagging Coal, Jika batubara tersebut memiliki AFT diatas 1600 oC maka batubara tersebut termasuk golongan Non Slaging Coal.
pada saat pemanasan pada suhu 1600 oC abu batubara akan membentuk tiga bentuk yaitu:
- Spherieil
- Hemisphere
- Cair

3. Ash Analisis, uji batubara yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan masing-masing unsur pada batubara.
beberapa unsur yang terdapat pada batubara yaitu: Si, Al, Fe, Ti, Mn, Ca, Mg, Na, K, P, S

Beberapa rasio pada abu yang dapat digunakan sebagai indikator apakah batubara tersebut Slangging Coal atau tidak yaitu

1. Silica Ratio = _________SiO2___________
SiO2 + Fe2O3 + CaO +MgO
= 0,4 s/d 0,8

Untuk Slangging Coal, Silica Ratio-nya lebih besar dari 0,4 (>0,4)

2. Base to Aid Ratio = Fe2O3 +CaO + MgO + Na2O + K2O
SiO2 + Al2O3 + TiO2
= 0,5 s/d 0,9
Untuk Slangging Coal, Base to Aid Ratio-nya lebih kecil dari 0,6 (<0,6)

3. Dolomite Ratio = _________CaO+MgO___________
Fe2O3 + CaO + MgO + NaO + K2O

= 0,5 s/d 0,9
Untuk Slangging Coal, Dolomite Ratio-nya lebih kecil dari 0,6 (<0,6)

4. Ferrite Ratio = _______Fe2O3_________
Fe2O3 + 1,11 FeO + 1,43 Fe
= 0,1 s/d 0,8
Untuk Slangging Coal, Ferrite Ratio-nya lebih kecil dari 0,1 (<0,1)



Viskositas slag abu batubara yang biasa dibutuhkan adalah 250 cp